Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan

23 November Peringatan Hari "GERBONG MAUT"


Bondowoso - Kisah panjang dan sedihnya sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia kerap diabadikan dalam bentuk monumen di berbagai wilayah seantero Nusantara. 
Ini merupakan sebagai pengingat perjuangan rakyat Indonesia di masa lalu dalam berjuang melawan penjajah demi negara kestuan Republik Indonesia.

Seperti yang berada di jantung kota  Bondowoso, adanya Monumen Gerbong Maut. 
Lokasi berada di tengah jalan yang memisahkan alun-alun dan kantor Pemerintah Daerah Bondowoso.

Monumen yang terdiri dari sebuah gerbong kereta api dan beberapa patung replika pejuang yang tengah melakukan pemberontakan dan perlawanan. 
Beberapa di antaranya terlihat memegang senjata dan bambu runcing.
Kisah heroik apa saja di balik Monumen Gerbong Maut Bondowoso?

Pada tahun 1947, Belanda masih berusaha untuk menguasai Indonesia bahkan ketika negara ini telah memproklamasikan kemerdekaannya. 
Penangkapan terhadap TRI (Tentara Republik Indonesia), laskar, dan gerakan bawah tanah dilakukan secara besar-besaran, termasuk di Bondowoso.

Bahkan, rakyat sipil pun juga tak luput dari penangkapan ini terlepas dari apakah mereka terlibat dalam kegiatan perjuangan atau tidak. 
Pada tanggal 23 November 1947, 100 orang tawanan tersebut diberangkatkan menuju Surabaya menggunakan tiga gerbong barang.

Gerbong pertama (GR10152) menampung 38 orang, gerbong kedua (GR 4416) menampung 29 orang, dan gerbong ketiga (GR5796) menampung 33 orang. Tragisnya, tak hanya sempit, gerbong gerbong tersebut juga ditutup hingga ventilasi dan lubang kecil sekalipun untuk mencegah tawanan melihat keadaan di luar dan pihak pribumi lain melihat tawanan dan memicu perlawanan terhadap kolonial.

Jaman itu, perjalanan dari Bondowoso ke Surabaya membutuhkan waktu sekitar 13 jam. 
Tanpa makan, minum, dan udara, bisa dibayangkan bagaimana kacaunya situasi di dalam gerbong.

Penderitaan ini semakin bertambah ketika kereta berhenti di Stasiun Kalisat Jember. Teriknya matahari sangat menyengat diatas gerbong seakan membakar para tawanan yang berada di dalam gerbong beratapkan seng.
Tawanan pun menggedor-gedor gerbong, berteriak, hingga terdengar suara cakaran pada dinding gerbong. Namun, pihak Belanda tentu tidak menghiraukannya. Ketika telah sampai di Bangil,Suara-suara tersebut mulai menghilang. Begitu tiba di Wonkromo, ditemukan sekitar 90 orang pingsan dan beberapa meninggal.

Sejarah mencatat sekitar 40 orang meninggal dan sisanya ditemukan dalam keadaan lemas. Penyiksaan terus berlanjut, mereka yang masih hidup harus menggotong mayat teman-teman seperjuangannya.

Untuk mengenang peristiwa itulah Monumen Gerbong maut dibuat replikanya di Bondowoso. Adapun gerbong aslinya kini disimpan di Museum Brawijaya, Malang.
Kini replika Gerbong Maut ada di 3 kota, yakni di Museum Brawijaya Malang, di Monumen Gerbong Maut Alun-Alun Bondowoso dan di Mayjen Sungkono Surabaya

Adapun kondisi Gerbong Maut di Surabaya yang terletak di samping Gedung Juang 45 Mayjen Sungkono tidak terawat, bahkan terkesan angker.(EKKY)