Haidar Alwi: Pemerintah Harus Gandeng ITB Dan Pakar Hidrologi untuk Atasi Banjir

Tidak ada komentar

JAKARTA | WIRAWIRI ENTERTAINMENT
Belanda adalah contoh nyata bagaimana sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut mampu bertahan tanpa mengalami bencana banjir yang berulang. Mereka berhasil menciptakan sistem pertahanan air yang luar biasa, seperti Delta Works dan Afsluitdijk, yang tidak hanya mencegah banjir tetapi juga mengoptimalkan penggunaan air untuk kepentingan ekonomi dan lingkungan.

Namun, keunggulan Belanda dalam manajemen air tidak hanya terbatas pada dua sistem itu. Mereka juga memiliki Maeslantkering, yang merupakan sistem pintu air otomatis raksasa yang dapat menutup akses laut secara mandiri ketika badai besar melanda, serta Oosterscheldekering, sebuah bendungan yang dapat disesuaikan dengan kondisi pasang surut untuk menjaga keseimbangan antara perlindungan dari banjir dan kelangsungan ekosistem laut.


Di sisi lain, Indonesia sebenarnya telah mewarisi teknologi bendungan dari Belanda sejak zaman kolonial, dengan beberapa bendungan besar seperti Jatiluhur, Karangkates, serta proyek Banjir Kanal Barat dan Timur di Jakarta. Sayangnya, meskipun memiliki teknologi yang tidak kalah canggih, Indonesia masih terus menghadapi persoalan banjir yang terjadi hampir setiap tahun.

*Haidar Alwi: Masalahnya Bukan Air, Tapi Pengelolaannya.*

Menurut Ir. R. Haidar Alwi, MT, yang merupakan pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, serta menjabat sebagai Dewan Pembina Ikatan Alumni ITB, penyebab utama dari permasalahan ini bukanlah kurangnya teknologi, tetapi lemahnya sistem pengelolaan dan perawatan infrastruktur air yang ada.


 “Belanda memiliki sistem waterboard, yaitu badan khusus yang bertanggung jawab secara penuh terhadap pengelolaan sumber daya air. Dengan adanya sistem ini, mereka memastikan bahwa setiap bendungan dan kanal tetap dalam kondisi optimal sepanjang waktu. Sementara di Indonesia, sering kali kita hanya membangun bendungan tanpa memastikan adanya mekanisme pemeliharaan yang berkelanjutan,” ujar Haidar Alwi.

Selain itu, Haidar Alwi menekankan bahwa pengelolaan air yang baik bukan hanya sekadar untuk mengatasi banjir, tetapi juga dapat memberikan manfaat besar bagi sektor ekonomi dan energi. Belanda telah membuktikan bahwa bendungan bukan sekadar penghalang air, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk menciptakan daratan baru, mengendalikan permukaan air tanah, serta menghasilkan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

> “Kita harus mengubah cara pandang kita. Air bukanlah musuh, melainkan sumber daya yang bisa kita manfaatkan jika dikelola dengan baik. Dengan strategi yang tepat, air dapat menjadi kunci ketahanan pangan, ketahanan energi, serta menjaga keseimbangan ekosistem,” lanjutnya.

Sebagai seorang alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), Haidar Alwi juga menekankan bahwa kampus teknik seperti ITB telah banyak menghasilkan riset dan inovasi di bidang hidrologi serta rekayasa sipil yang dapat membantu Indonesia dalam menangani permasalahan ini.

> “Indonesia memiliki banyak insinyur handal yang mampu merancang teknologi pengelolaan air yang lebih modern. Namun, tantangannya adalah bagaimana pemerintah dan sektor industri dapat berkolaborasi dengan para akademisi untuk memastikan bahwa inovasi-inovasi ini dapat benar-benar diterapkan secara nyata,” pungkasnya.

Saran dan Himbauan dari Haidar Alwi untuk Masa Depan Pengelolaan Air di Indonesia.

Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap permasalahan ini, Haidar Alwi memberikan beberapa rekomendasi agar Indonesia bisa lebih baik dalam mengelola sumber daya air:

1. Memastikan Perawatan Infrastruktur Air Secara Berkala
Pembangunan bendungan dan kanal harus disertai dengan mekanisme pemeliharaan yang berkelanjutan agar tidak mengalami kerusakan yang dapat menyebabkan kegagalan sistem.


2. Menerapkan Teknologi Pintar dalam Pengelolaan Air
Indonesia dapat mengadopsi sistem seperti Maeslantkering, yang memungkinkan pengendalian banjir secara otomatis melalui sensor dan kecerdasan buatan untuk mendeteksi potensi bahaya sebelum bencana terjadi.

3. Menyusun Kebijakan yang Konsisten dan Tidak Bergantung pada Kepemimpinan Politik
Perencanaan pengelolaan sumber daya air harus bersifat jangka panjang dan tidak terpengaruh oleh pergantian pemerintahan, sehingga proyek-proyek strategis tetap berjalan sesuai rencana.

4. Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
Sampah yang menyumbat drainase adalah salah satu penyebab utama banjir di perkotaan. Oleh karena itu, perlu ada regulasi yang lebih ketat serta program edukasi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan.

5. Mendorong Kolaborasi antara Pemerintah, Industri, dan Perguruan Tinggi
Dengan menggandeng institusi pendidikan seperti ITB, teknologi terbaru di bidang tata kelola air dapat dikembangkan dan diterapkan untuk kepentingan nasional.

Indonesia memiliki semua sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah banjir dan mengoptimalkan pemanfaatan air. Yang dibutuhkan saat ini bukan hanya teknologi, tetapi juga keseriusan dalam pengelolaan serta komitmen dalam penerapan kebijakan yang berkelanjutan. Jika Belanda bisa menaklukkan air dan menjadikannya sebagai aset, maka tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak melakukan hal yang sama.

(Bagus) 

Tidak ada komentar

Posting Komentar